Mencium Hajar Aswat

Gambar
Bagi sebagian jamaah haji Indonesia, mencium Hajar Aswat (atau Hajar Aswad) adalah suatu hal "wajib" yang biasanya menjadi salah satu cerita yang dijadikan "oleh-oleh" saat pulang ke tanah air. Namun pada saat musim haji yang sangat ramai, hal yang satu ini tergolong sangat sulit dilakukan dan beresiko cukup tinggi. Ini karena padatnya keadaan di sekitar Ka'bah. Ribuan orang ingin melakukan hal yang sama pada saat bersamaan dan tidak ada sistem atau aturan yang mengatur agar proses penciuman berjalan lancar, teratur, aman, dan "adil".

Makan Sehat dan Hemat di Mekkah

Di kota Mekkah, jamaah haji Indonesia harus mengurusi makan sendiri. Sedangkan di Jeddah, Madinah, Arafah dan Mina, konsumsi diurusi oleh panitia haji. Bagi kami yang datang di gelombang 1, ada masa pemanasan selama kurang lebih 8-9 hari di Madinah sebelum "terjun bebas" cari makan sendiri di Mekkah. Bagi jamaah gelombang 2, mereka langsung ke Mekkah. Tersedia dana 1500 riyal uang living cost yang diberikan kepada
setiap jamaah Indonesia untuk keperluan makan ini.

Ada beberapa cerita sedih dari jamaah gelombang 2 yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi langsung dengan situasi Mekkah. Apalagi bagi jamaah yang tinggal di pondokan yang jauh serta dilarang memasak oleh pemilik pondokan. Sulit membayangkan para jamaah yang lugu dari kampung harus "berkelahi" mencari makan sendiri di "belantara" metropolitan Mekkah yang sangat padat seperti pada musim haji begini.


Mekkah sendiri adalah kota besar yang memiliki banyak fasilitas, terutama di musim haji yang memang merupakan masa panen bagi para pedagang. Banyak sekali tempat makan dimana jamaah haji bisa mendapatkan konsumsi yang sehat dan ekonomis. Secara umum mungkin bisa dibagi 5 jenis tempat makan, (1) para pedagang makanan Indonesia yang menjajakkan dagangannya di sekitar terminal bis dan pondokan haji Indonesia, (2) kios-kios makanan kecil Arab/India yang tersebar di seantero Mekkah, (3) supermarket yang menyediakan makanan berbungkus (roti, biskuit, mie instan, dll), sayuran mentah, bermacam minuman, (4) restoran Indonesia, Turki, India, dll serta (5) restoran fast food di food court mal besar seperti Hilton dan Zam-Zam.

Yang pertama ini adalah yang paling populer di kalangan jamaah haji Indonesia. Para pedagang beretnis Madura, Banjar, Jawa ini berstatus pedagang jalanan yang menghamparkan jualannya di trotoar jalan. Yang disediakan adalah berbagai makanan Indonesia dalam bungkusan atau juga berdasar pesanan. Ada nasi putih, sayur masak, lauk pauk, krupuk/snack, dll, semua dengan harga per porsi 1-2 riyal (1 riyal = Rp 3000an). Anda mau apa? Sayur asem? Sayur bayam? Sate? Sambel goreng ikan teri? Semua ada... Mereka biasanya berjualan pagi setelah subuh hingga siang hari, kemudian muncul lagi sore menjelang maghrib.



Kalau saya, ini adalah pilihan utama untuk urusan makanan. Sekali makan, dengan nasi putih 2 riyal, sayur 1 riyal, ayam/daging/telur 2 riyal, saya sudah merasa sangat cukup. Tiap hari ganti menu, bila mau bisa tambah krupuk atau bubur kacang ijo panas 1 riyal. Rata-rata saya menghabiskan 5 riyal per sekali makan (Rp 15 ribuan).

Pilihan kedua adalah berbagai kios makanan yang biasanya menyediakan makanan ala Arab atau India. Ini juga pilihan yang baik. Yang menurut saya paling pas dengan lidah kita adalah kebab, roti Arab ala hotdog yang berisi oseng-oseng sayur dan daging sapi/ayam, harganya sekitar 3-4 riyal per unit. Biasanya ditandai dengan adanya panggangan kebab bundar yang dipajang didepan kios. Bagi saya, kebab begini sudah cukup untuk sarapan atau bahkan makan siang. Tapi banyak jamaah kita yang kurang cocok karena katanya tidak mengandung nasi.



Di kios-kios yang tidak menyediakan meja untuk makan pembeli ini juga tersedia berbagai menu prasmanan yang bisa dibeli dan dimasukkan kotak stereoform besar. Pesan nasi briyani atau kebuli, gulai kambing atau yang lain, biasanya akan berkisar 5-10 riyal gabungan semuanya. Banyak sekali pilihan yang menurut saya enak-enak dan bagi kita di Indonesia tergolong makanan mewah.

Minum bisa pakai Pepsi Cola, Miranda atau Mountain Dew (ini semua grup Pepsi, Coca Cola agak kurang terdistribusi baik disini), 1 riyal per kaleng. Atau kalau pagi bisa minum "cai", teh susu panas ala Arab yang enak dan bergizi, 2 riyal per gelas. Air putih? Free untuk the best water in the world, zam-zam water. Tapi anda harus "menimba" sendiri di Masjidil Haram, masukkan botol dan bawa sendiri :-)

Kios-kios kecil ini tersebar di banyak lokasi di sekitar Masjidil Haram di berbagai arah. Ada yang di kios-kios berdiri sendiri, banyak juga yang berbentuk ruko-ruko. Sangat mudah ditemukan dan rata-rata penjualnya bisa berbahasa Indonesia.

Berikut adalah foto supermarket yang banyak menjual makanan dan minuman. Jika ingin toko khusus barang Indonesia, bisa masuk ke Toko Puncak Sumatra.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mesjid Nabawi Nan Eksotis (1)

Mencium Hajar Aswat

Foto Suasana Masjidil Haram (2)