Mencium Hajar Aswat

Gambar
Bagi sebagian jamaah haji Indonesia, mencium Hajar Aswat (atau Hajar Aswad) adalah suatu hal "wajib" yang biasanya menjadi salah satu cerita yang dijadikan "oleh-oleh" saat pulang ke tanah air. Namun pada saat musim haji yang sangat ramai, hal yang satu ini tergolong sangat sulit dilakukan dan beresiko cukup tinggi. Ini karena padatnya keadaan di sekitar Ka'bah. Ribuan orang ingin melakukan hal yang sama pada saat bersamaan dan tidak ada sistem atau aturan yang mengatur agar proses penciuman berjalan lancar, teratur, aman, dan "adil".

Suasana Padang Arafah (1)

Persis maghrib kami tiba di Arafah dan turun dari bis masuk ke area perkemahan kloter kami. Padang Arafah sudah bukan padang pasir luas tak berpohon lagi. Arafah masa kini sudah banyak ditumbuhi pohon dan begitu indah terutama saat kami sampai di lokasi. Kami sangat beruntung karena ritual baru akan dimulai besok siang tanggal 9 Zulhijjah, sementara kami sudah tiba sangat awal tanggal 8 maghrib. Seharusnya waktu yang begitu banyak ini bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk beribadah dan memohon ampun kehadirat-Nya.


Lihatlah semburat merah jingga di langit dengan latar belakang sebuah gunung saat kami menjejakkan kaki pertama kali di padang ini... sungguh indah.



Ini adalah suasana di jalan yang tertata rapi di area Arafah. Tampak light box berjajar menandakan nomor area kemah (maktab). Nomor ini akan terus dipakai hingga ke Muzdalifah dan Mina. Lihat juga pagar-pagar bercat putih yang sering kami sebut sebagai "kandang" karena disitulah jamaah akan dikandangkan ketika masuk dan keluar area nantinya. Pintu persis dibawah nomor adalah pintu exit/entrance langsung ke pintu bis. Masing-masing tim pengelola haji (muassasah) menghiasi areal mereka secantik mungkin, disini tampak mereka memberi hiasan lampu disepanjang pagar, meriah...


Di pinggir jalan sepanjang pagar, ada saja para penjual yang menjajakkan berbagai barang. Salah satunya pedagang yang berjualan batu cincin ini. Mereka bukan dari Indonesia, mereka juga ikut berhaji, tepatnya haji sambil berjualan. Atau... berjualan sambil berhaji? Wallahualam...


Begitu datang, kami langsung disuruh antri makan malam yang sudah tersedia. Rekan saya Husni Mubarak berpose sambil antri. Lihat juga betapa panjangnya antrian makan ini. Tenda di belakang adalah tempat makanan semi prasmanan yang disediakan panitia. Makanan tersedia berlimpah, termasuk buah dan minuman, jadi jangan kuatir... Antrian juga relatif cepat dan kalau mau tidak antri, tunggu sekitar setengah sampai satu jam setelah peak hour, maka antrian akan tidak ada lagi...


Saat pagi datang, saya sempatkan diri untuk jalan keliling perkemahan sejenak. Ternyata di bagian belakang area kemah kami terdapat area kemah jamaah Malaysia. Lihat hiasan dan benderanya yang sedikit berbeda. Lihat juga tas biru berbendera Malaysia yang dibawa jamaah di latar depan. Itulah ciri khas jamaah saudara Melayu kita ini...


Antri lagi untuk makan pagi di tanggal 9 Zulhijjah. Lihat para petugas katering yang sebagian besar orang Indonesia. Mereka kerja sambil berhaji juga, tampak petugas juga pakai pakaian ihram. Tenda makan diberi tanda maktab dan kloter, jadi hanya jamaah dari kloter itu yang dapat makan disini. Sejak kemarin sore hingga pagi dan siang ini, ratusan ribu jamaah diluar kemah kami terus berdatangan dari Mekkah dan Mina. Kami sungguh beruntung karena sempat istirahat semalam penuh di tanah suci ini...


Suasana pagi menjelang siang didalam perkemahan, tampak sibuk, biasanya jamaah pergi ke WC. Masing-masing kloter kebanyakan membawa spanduk identitas yang dipasang didepan tenda mereka. Ini untuk memudahkan jamaah mereka menemukan tendanya masing-masing.


Di depan tenda diletakkan banyak termos besar yang berisi botol air mineral yang diberi es batu. Jadi jamaah dengan mudah mencari air dingin dimana saja. Ketersediannya lumayan bagus, walau kadang-kadang kosong, tapi dalam waktu tidak terlalu lama akan diisi kembali oleh petugas. Tampak juga bahwa pepohonan di sela-sela tenda sangat membantu mengurangi panas dari terik matahari.

Bersambung... (lihat bagian 2)

Komentar

  1. Assalamu'alaikum,
    Mas, mau tanya nih. Kebetulan saya hoby foto-foto, dan rencananya saya mau bawa kamera pada saat ibadah haji nanti (tetep ibadah nomor satu). Apakah situasinya sebebas ini membawa kamera dan mem-foto? Karena saya dengar kamera dilarang, terlebih di dalam masjidil haram? Apakah tidak ada pemeriksaan bawaan oleh askar, terutama pada saat masuk masjidil haram? Mohon sharing-nya. Terima kasih banyak sebelumnya. Wassalam.

    BalasHapus
  2. ya Allah jadikan haji kami haji yg mabrur dan amalan kami amalan shaleh serta sebagai keridhaanMU ya Allah. Àamiin.

    BalasHapus
  3. Ya Allah jadikanlah haji kami haji yg mabrur dan amalan kami amalan yg shaleh serta syurga sebagai keridhaanMU. Aamiin ya Robbal alamin.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mesjid Nabawi Nan Eksotis (1)

Beratap Langit di Muzdalifah

Mencium Hajar Aswat