Mencium Hajar Aswat

Gambar
Bagi sebagian jamaah haji Indonesia, mencium Hajar Aswat (atau Hajar Aswad) adalah suatu hal "wajib" yang biasanya menjadi salah satu cerita yang dijadikan "oleh-oleh" saat pulang ke tanah air. Namun pada saat musim haji yang sangat ramai, hal yang satu ini tergolong sangat sulit dilakukan dan beresiko cukup tinggi. Ini karena padatnya keadaan di sekitar Ka'bah. Ribuan orang ingin melakukan hal yang sama pada saat bersamaan dan tidak ada sistem atau aturan yang mengatur agar proses penciuman berjalan lancar, teratur, aman, dan "adil".

Suasana Padang Arafah (2)

Bagian kedua dari laporan pandangan mata selama di padang Arafah. Lihat bagian 1 dari tulisan ini.


Setelah makan siang, tampak rekan jamaah Surabaya ngobrol lepas didepan tendanya. Ini pemandangan biasa, terutama bagi jamaah perokok. Lihat juga bahwa spanduk yang dibawa ternyata ada pesan sponsornya :-)



Suasana lorong antar tenda. Sebelah kiri adalah kloter dari Natuna, sebelah kanan adalah kloter kami dari Balikpapan/Samarinda. Lihat juga tumpukan sendal didepan pintu tenda.


Suasana antri didepan WC. Insya Allah fasilitas yang ada sangat mencukupi dan memadai. Air berlimpah, WC relatif bersih. Namun di saat-saat tertentu memang terdapat antrian cukup panjang... sabar...


Tenda jamaah dari Jakarta. Kalau tidak salah, seorang teman bilang bahwa ini adalah kloter seorang artis penyanyi yang bernama Giring Nidji. Saya sendiri tidak bertemu...


Suasana siang menjelang sore, setelah jamaah sholat zuhur jama' ashar dan mendapat khutbah Arafah. Seluruh jamaah juga sudah makan siang, suasana cukup sepi karena sebagian besar khusyu' berdoa didalam tenda...


WC lain di pojok area kemah kami... tetap ramai juga...


Suasana dapur umum yang menggunakan panci-panci raksasa. Para tukang masak sebagian besar didatangkan dari Indonesia. Makanannya bagi saya enak dan pas di lidah. Ada sayur dan biasanya selalu pakai daging sapi atau ayam.


Suasana pinggiran perkemahan menjelang sore. Banyak jamaah yang memisahkan diri dari tenda membawa tikarnya untuk lebih khusyu' berdoa. Memang didalam tenda relatif lebih banyak gangguan karena lebih ramai. Tenda-tenda individual itu adalah para jamaah entah dari mana yang memanfaatkan lahan kosong di sela-sela perkemahan resmi.


Disinilah waktu sekitar 6 jam yang paling pas untuk meminta kehadirat-Nya. Disinilah nikmatnya kita mendekatkan diri dan meminta tolng ke sang Rabb... Baca tulisan blog rekan saya H. Sigit Sigalayan tentang waktu yang sangat berharga ini.


Maghrib tanggal 9 Zulhijjah ini, kami dipanggil untuk bersiap menuju Muzdalifah. Antri lagi untuk masuk ke kandang menuju bis. Tampak regu saya, di kanan Aris Munandar sang ketua regu yang masih lajang dan sangat muda, paling kiri Husni Mubarak yang akan menikah setelah pulang haji, pak M. Fadli dan pak M. Arsyad. Lihat tas yang kami bawa, cukup banyak...

Selamat tinggal Arafah... insya Allah saya masih bisa diberi kesempatan lagi untuk datang kesini...

Komentar

  1. padang arofah sudah menghijau pertanda dekatnya kiamat....

    BalasHapus
  2. wah, yg bener?? emang itu tanda2 dekat kiamat, serius mas??

    tapi foto2 di atas benar2 membuat haru, jadi teringat pengalaman di sana, kita mmg harus pintar dan cermat memanfaatkan waktu, krn hari arafah adalah hari dimana pintu langit dibuka dan Allah turun ke bumi, membanggakan umatnya yang berada di arafah, hari dimana semua doa di ijabah...subhanallah...smg bisa berkunjung ke sana kembali....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mesjid Nabawi Nan Eksotis (1)

Beratap Langit di Muzdalifah

Mencium Hajar Aswat