Mencium Hajar Aswat

Gambar
Bagi sebagian jamaah haji Indonesia, mencium Hajar Aswat (atau Hajar Aswad) adalah suatu hal "wajib" yang biasanya menjadi salah satu cerita yang dijadikan "oleh-oleh" saat pulang ke tanah air. Namun pada saat musim haji yang sangat ramai, hal yang satu ini tergolong sangat sulit dilakukan dan beresiko cukup tinggi. Ini karena padatnya keadaan di sekitar Ka'bah. Ribuan orang ingin melakukan hal yang sama pada saat bersamaan dan tidak ada sistem atau aturan yang mengatur agar proses penciuman berjalan lancar, teratur, aman, dan "adil".

Proses Perjalanan Keberangkatan

Sebagai kelompok terbang awal di gelombang 1 (Kloter BPN 2) dari rangkaian keberangkatan seluruh jamaah haji Indonesia, maka rute perjalanan adalah dari embarkasi ke Jeddah, kemudian ke Madinah, lanjut ke Mekkah, kembali ke Indonesia melalui Jeddah kembali. Penerbangan kami menggunakan maskapai Garuda Indonesia. Sebagian jamaah lain dari embarkasi seperti Medan, Bekasi, Batam dan beberapa yang lain menggunakan maskapai Saudi Airlines.

Karena seluruh jamaah kloter kami berasal dari kota Samarinda (berjumlah 390an orang), maka kami berangkat dari Samarinda menggunakan bis menuju embarkasi di kota Balikpapan. Perjalanan berlangsung 2 jam, kemudian dilanjutkan dengan menginap selama sekitar 24 jam di asrama haji Batakan. Asrama ini sungguh bagus karena baru dipugar untuk pepentingan PON 2008 lalu. Fasilitas sungguh baik sekelas hotel kelas melati.

Lihat foto-foto yang sempat saya ambil sepanjang perjalanan dibawah ini.


Embarkasi ini dijadikan semacam miniatur airport internasional dimana seluruh proses pemberangkatan mulai dari pengurusan boarding pass, security check, kesehatan, bagasi, paspor, dsb dilakukan di lokasi ini. Keluar dari embarkasi dengan bis, seluruh jamaah langsung masuk ke pesawat tanpa melalui gedung airport Sepinggan Balikpapan. Terbersit juga keheranan saya menyaksikan segala perlengkapan airport harus pindah tempat ini seperti perangkat X-ray, timbangan, dll beserta seluruh crew ground handling pesawat, petugas imigrasi, security, kesehatan, dll. Padahal setiap tahun embarkasi ini hanya melayani 20 kloter @400an jamaah. Inefisiensi? Wallahualam...



Pemeriksaan koper besar di embarkasi, botol-botol kecap, saos, dll dikeluarkan



Penginapan di Asrama Haji Batakan Balikpapan yang sangat bagus



Suasana check-in di miniatur bandara di gedung serbaguna embarkasi



Menunggu boarding di apron Bandara Sepinggan Balikpapan, ramai-ramai ke toilet kecil di pinggir landasan pacu pesawat

Balikpapan-Jeddah

Pesawat Boeing 767-600 kami harus singgah di Bandara Minangkabau Padang, bandara baru yang kecil nan eksotis di pinggir lautan Hindia untuk mengisi bahan bakar. Balikpapan ke padang ditempuh selama 2 jam. Ketika pesawat melakukan manuver untuk melakukan pedaratan, kita dibawa melintas di kawasan pantai berbukit hijau khas pegunungan Bukit Barisan nan hijau plus birunya laut dengan beberapa pulai kecil yang sangat indah... Sungguh merupakan suatu "orkestrasi" ciptaan Allah yang memukau menyambut para tamu Allah yang akan menuju tanah suci...

Satu jam di Minangkabau International Airport, saya teringat Bandara Tabing Padang yang pernah saya singgahi puluhan tahun lalu. Bandara baru ini tampak jauh lebih modern, namun katanya sangat jauh dari kota.



Mengisi bahan bakar di Bandara Internasional Minangkabau nan cantik

Sepuluh jam non-stop berikutnya adalah masa yang cukup membosankan didalam pesawat. Seorang ibu tua sempat pingsan didalam toilet. Untung saja makanan yang disajikan di pesawat cukup enak bagi saya dan membuat perjalanan cukup menyenangkan. Teman sebelah kursi juga enak diajak diskusi, seorang petani dari desa Muara Badak diluar kota Samarinda. Banyak informasi yang saya dapatkan dari ybs selama penerbangan panjang ini.

Toilet cukup terjaga kebersihannya walau jauh dari standar kebersihan toilet pesawat reguler non-haji. Maklum karakteristik penumpangnya berbeda.

Tiba di Hajj Terminal Jeddah, seluruh jamaah harus mengambil tas masing-masing, melewati pemeriksaan imigrasi dan beristirahat sejenak beberapa jam dibawah konstruksi atap model tenda di terminal khusus ini.



Antri mengurus barang dan paspor di Hajj Terminal Jeddah



Istirahat sejenak di lokasi istirahat Hajj Terminal Jeddah

Setelah itu dimulailah perjalanan haji yang sesungguhnya, di tanah Arab yang serba gersang dengan udara super kering. Per rombongan jamaah berangkat menuju Madinah menggunakan bis-bis yang disediakan muasassah (panitia haji Arab Saudi). Bila beruntung, bisa dapat bis yang baik dan nyaman, namun rata-rata bis yang ada cukup layak dengan AC dan ruangan yang cukup lega. Tas besar ditumpuk diatas bis masing-masing, tas tenteng dibawa kedalam bis.

Seorang petugas haji Indonesia yang masih muda dengan bersemangatnya masuk ke masing-masing bis dan mengucapkan selamat datang serta memberikan beberapa info penting serta wejangan. Salah satunya adalah agar jamaah jangan memberikan uang kepada supir/kernet karena mereka sudah digaji cukup, petugas ini menyampaikannya secara bersemangat bahkan sedikit emosional.

Bis bergerak dari terminal tengah malam menuju Madinah yang berjarak hampir 500 km. Kami makan didalam bis dan sebagian jamaah tertidur. Namun, saya yang terjaga hampir disepanjang perjalanan menangkap keanehan bis ini, jalannya sangat lambat. Saya prediksi sekitar 40-50 km/jam. Terlalu lambat untuk jalan bebas hambatan nan lurus yang kami jalani. Setelah beberapa jam seperti itu, maka para ketua regu dan ketua rombongan sepakat bahwa supir sedang mengirim sinyal untuk minta tambahan dana agar bisa jalan lebih cepat. Ini berdasar pengalaman para jamaah dalam bis yang sudah pernah berhaji sebelumnya.

Akhirnya, ketua rombongan mengumumkan kepada seluruh jamaah bahwa demi menjaga agar bis kita bisa tiba di madinah tepat waktu agar bisa menjalanakan sholat arbain 40 waktu, maka supir harus diberi "suntikan" dana dari penumpang, kita menyebutnya "basis". Dimintalah uang sebesar 1 riyal per penumpang, bisa lebih atau tidak ikut menyumbang bila tidak ingin. Setelah terkumpul, maka melajulah bisa ini ke kecepatan normal.

Kejadian yang aneh, namun ternyata terus terulang di setiap perjalanan jauh yang melibatkan bis. Tidak peduli bis yang dijalankan muasassah ataupun dari panitia haji Indonesia sendiri.

Akhirnya bis kami tiba di terminal penyambutan haji kota Madinah dimana dilakukan pemeriksaan paspor dan dokumen haji. Kami juga diberi makan pagi kotakan. Lokasi terminal ini ada di pinggir kota Madinah, kami tiba disini sekitar pukul 8 pagi. Perjalanan panjang nan melelahkan, namun saya sendiri merasa segar dan "siap tempur", apalagi ketika melihat menara-menara mesjid Nabawi sudah terlihat di kejauhan.



Tiba di muka hotel di Madinah setelah perjalanan bis semalaman dari Jeddah



Petugas Arab menurunkan ratusan koper besar dari atas bis dan dibawa ke dalam hotel



Jamaah bersama-sama masuk ke Hotel Al Khomri Taba di Madinah setelah ketua rombongan dan regu membagi kamar.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mesjid Nabawi Nan Eksotis (1)

Mencium Hajar Aswat

Foto Suasana Masjidil Haram (2)